Kamis, 01 Mei 2008

Isyah … Apa Aisyah???

“Ahh…muales banget deh. Ke kampus gak ya??? Dosen killer banget.” Ekspresi Aisyah dengan menggeliat seperti ulat di atas kasurnya.
Tiba-tiba pintu kamar tersayang diketuk dari luar. Tapi dengan ogah-ogahan dia kembali menyelimuti badannnya. Dari luar kamarnya, tetap terdengar gedoran pintu yang semakin lama semakin keras.
”Bangun .... Bangun .... Isyah cepat bangun!!! Entar kamu telat kuliah nech. Kalau tidak cepat bangun, kakak guyur dengan air nech.
”Apa tidak malu dengan ayam yang sejak subuh sudah berkokok membangunkan manusia dan memulai aktivitas mereka? Entar rezekimu dipatuk ayam lho...” Suara Fian, kakak Isyah dengan nada yang masih keras.
”Iya kak... Ini sudah bangun kok.”
Isyah terbangun dari tidurnya dan beranjak membuka pintu kamarnya lalu bergegas untuk mandi. 15 menit cukup untuk Isyah mandi. Lalu memakai baju, jilbab, berdandan dan tidak lupa membereskan buku-bukunya. 10 menit kemudian dia sudah berada di kursi makan dan sebelumnya tidak lupa untuk mencium pipi umi dan abinya.
”Kuliah apa kamu hari ini, Isyah?” abinya memulai dialog di meja makan bersama ketiga anaknya dan istrinya.
”Eh... Hari ini hanya ada kuliah Faal dan siangnya praktekum.”
”Hari ini jangan lupa pulang tepat waktu!!! Malam ini abi ada janji makan malam dengan relasi abi di rumah, tolong kalian bertiga jangan lupa menyambut tamu abi nanti apalagi Isyah harus hadir.” Abi Isyah yang masih bernada lemah lembut.
”Baik abi..” Jawab ketiga anaknya yang tersayang.
Keluarga Isyah yang bisa terbilang keluarga yang religius. Fian, kakak pertama Isyah kuliah di jurusan Hubungan Internasional-Universitas Indonesia pasca sarjana dan salah satu aktivis di Kerohanian Islam BEM UI. Fian paling menyayangi Isyah. Terkadang agak bersikap disiplin ke Isyah. Nadia, kakak kedua Aisyah kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris-Universitas Negeri Jakarta semester VIII. Nadia termasuk anak yang paling pendiam di antara ketiga anak pak Rosyid, abi Isyah yang merupakan pengusaha cengkeh. Tetapi Nadia juga aktivis di kampus dan di luar kampus memiliki keterampilan yang lebih dibanding Isyah dan Fian.Dan Isyah sendiri yang bernama asli Aisyah kuliah di jurusan Kedokteran-Universitas Indonesia baru semester IV. Isyah paling badung sendiri di rumah, manja, aktivis seperti kedua kakaknya, IP tidak pernah <>
Selesai makan bersama mereka mulai beraktivitas. Dan juga tidak lupa bersalaman dan mencium pipi orang tua mereka.
”Assalamu’alaikum...” Ucapan salam mereka sambil melambaikan tangan di dalam mobil.
Hari itu juga Isyah memulai aktivitas dari kuliah, praktikum, rapat BEM, mentoring. Isyah pulang tepat waktu, sebelum kumandang magrib. Setelah itu Isyah mandi, sholat, tilawah, belajar. Tepat pukul 19.30 relasi abinya datang dan Isyah turun ke ruang makan.
”Silakan duduk Isyah!!! Abi, umi, kakak-kakakmu, dan relasi abi sudah menunggu kamu.”
”Maaf... Isyah tadi masih belajar.” Isyah tetap menundukkan pandangannya.
15 menit mereka bersama menyelesaikan makan malam. Kemudian abi Isyah menginstruksikan untuk pindah ke ruang tamu kepada keluarganya dan tamunya. Sambil mengobrol-ngobrol mereka juga disajikan roti kismis dan camilan yang lain serta minuman ringan.
”Baiklah semuanya. Abi dan pak Imam(relasi abi) sudah mendiskusikan hal yang penting.” pak Rosyid memulai pembicaraan dan tiba-tiba suasana menjadi hening.
”Habib, anak pak Imam ini sedang mencari isteri karena Habib ingin segera menggenapkan agama.”
”Dan Habib juga mengajukan kriteria calon istri yang langsung diserahkan langsung pada abinya. Bapak hanya disuruh membantu mencarikan calon tersebut dan Alhamdulillah abi sudah menemukan calon istri untuk abi. Abi juga sudah mendiskusikan kepada pak Imam.”
Suasana semakin hening. Tapi Isyah tetap cueknya dan dia menghapal jus 30 yang sudah dia persiapkan di saat dia lagi bosan.
”Abi dan pak Imam memutuskan yang pantas menjadi calon istri Habib adalah Isyah. Abi juga mendapat laporan dari suami murobbi Isyah bahwa sebenarnya Isyah juga ingin menggenapkan agama. Bagaimana dengan Isyah atau Habib? Dari para orang tua tidak akan memaksakan kehendak kalian.”
”Maaf abi...” Kata Habib dan Isyah bersamaan.
”Maaf ukh, anda saja yang duluan berkata!”
”Abi, apa ini terlalu cepat?”
”Bukankah kamu juga yang ingin segera menggenapkan agama?”
Isyah seperti tidak punya kesempatan untuk berkata-kata lagi. Kesempatan itu Habib gunakan untuk berbicara.
”Sebelumnya sukron pada abi dan pak Rosyid. Habib ada yang ingin ditanyakan. Kenapa Aisyah dipanggil Isyah? Maaf menurut Habib itu kurang bagus.”
Isyah tiba-tiba gugup sendiri. Sebelum sempat abinya berbicara, Isyah mendahului untuk menjawab pertanyaan Habib.
”Maaf akh sebelumnya. Sebenarnya panggilan itu Isyah sendiri yang menginginkannya karena saya belum bisa menjadi sosok seperti Aisyah (anak Nabi Muhammad) dan itu berawal sejak Isyah duduk di bangku kelas 3 SMP. Memang terkesan kurang bagus tapi Isyah merasa nyaman.”
”Apakah Habib merasa keberatan Isyah dengan panggilan Isyah dan membatalkan khitbah ini?” Hati Isyah sudah remuk redam atas pertanyaan Habib dan segala keputusan diserahkan padaNya.
Tiba-tiba hening. Setelah 10 menit Habib berpikir dan Isyah serta keluarganya tetap bertasbih dalam hati. Akhirnya Habib bersuara.
”Habib tetap mengkhitbah Isyah, maaf maksud saya Aisyah. Masalah panggilan itu tergantung dari Aisyah yang mau atau tidak dipanggil dengan Aisyah. Bukankah nama itu juga termasuk doa orang tua kita agar anaknya bisa seperti dengan nama pemberian tersebut. Insya Allah Aisyah memenuhi kriteria saya karena tanpa sengaja tadi saya menangkap sikap cuek Aisyah dengan membawa jus 30 nya.” Jawab Habib dengan tenang.
Isyah jadi semakin serba salah dan tidak bisa berkata apa-apa. Isyah akhirnya bisa bernapas lega karena sebenarnya hal itulah yang diinginkannya, calon suaminya yang akan mengubah nama panggilan agar do’a dia bisa menjadi Aisyah bagi suaminya.
Kedua belah pihak akhirnya merundingkan tanggal untuk walimatul ursy untuk Habib dan Aisyah. Dan ditetapkan lah tanggal 20 April 2008 sebagai tanggal walimatul ursy mereka di rumah Aisyah. Mereka menyambut dengan suka cita. Dan beberapa hari kemudian undangan walimatul ursy antara Habib dan Aisyah telah terbagikan kepada rekan-rekan terdekatnya. Dari undangannya tertulis nama Aisyah dan Habib akan melaksanakan walimatul ursy pada tanggal 20 April 2008, bukan Isyah dan Habib akan melaksanakan walimatul ursy pada tanggal 20 April 2008.
Hari kebahagiaan yang dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Kini Aisyah dan Habib bersanding di pelaminan. Kebahagiaan keduanya telah sempurna dengan menggenapkan agama mereka.
”Ya Robb ... semoga hambaMu ini bisa menjadi Aisyah untuk orang tua, suami dan keturunan kami seperti Aisyah anak Nabi Muhammad. Sebagai seorang istri, anak dan ibu bagi anak-anaknya.” Doa Aisyah dalam setiap sholatnya.
Dan kini Aisyah menjadi sangat berarti dengan nama panggilan dari nama aslinya. Semoga terkabulkanlah doa dari semua orang atas nama Aisyah. Kehidupan Habib dan Aisyah kini bahagia dengan tetap beraktivitas di jalan dakwahnya. Pernikahan yang barakah bagi Aisyah dan Habib, karena adanya keterbukaan di antara keduanya.

Tidak ada komentar: